Minggu, 26 Februari 2017

Aku Ingin Berisi - #30DWCHari26

Merujuk kepada judul yang sangat membawa keambiguan pada hari ini, timbul sebuah pertanyaan yang akan membawa pemikiran kita lebih dalam dan jauh pada materi tersebut. “Apa maksud dari Aku Ingin Berisi?”

Berisi bisa menjadi berbagai macam hal. Dalam konteks umum, berisi merupakan suatu pengukuran dimana suatu wadah atau ruangan memiliki hal yang menempatinya atau dengan kata lain tidak serta-merta kosong. Berisi dalam tulisan saya kali ini membahas tentang sebuah keinginan menulis yang tidak hanya sekedar menulis, tapi memiliki makna dari inci tiap kata yang tertorehkan dari pena maupun ketikan kita masing-masing.

Untuk menjadi seorang yang “Berisi”, terbagi dalam berbagai macam kategori :

1.       Berisi dalam hal Metafisik (Sebut saja dia Hati): Sebuah kategori dimana orang yang berisi dalam hal ini memiliki kepekaan sosial yang tinggi, tidak hanya berniat untuk membantu orang lain, tetapi juga bertekad untuk memperbaiki diri dan tidak diam saja ketika ada masalah, dibutuhkan rohani dan pemikiran yang kuat pula untuk membimbing hati menjadi lebih baja daripada biasanya.

2.       Berisi dalam hal Pikiran: Lebih mengedepankan logika dan memiliki kekayaan ilmu serta kemampuan berperang dalam hal intelektual yang tinggi, untuk menemani keseimbangannya, pikiran butuh berkesinambungan dengan hati agar terjadi sinergis yang baik untuk menghasilkan lingkungan yang nyaman bin tentram.

3.       Berisi dalam hal Fisik: Disamping hati dan pikiran, tubuh juga memiliki peran penting dalam keseharian kita. Tanpa berisi di dalam hal ini, coba bayangkan selemah apa kita menjalani aktifitas sehari-hari? Dibutuhkan hati dan pikiran yang perduli akan diri sendiri dan juga orang lain untuk memenuhi kategori ini.

Lalu, aku ingin berisi dalam hal apa? Dalam hal menulis. Loh kan tidak ada di kategori, eits tunggu dulu! Menulis bisa memenuhi ketiga kategori tersebut loh.

1.       Menulis bisa membuat hati menjadi tentram karena penyaluran emosi yang terlatih dengan baik dan benar.

2.       Menulis dapat membuat pikiran candu akan belajar dan memperluas ilmu yang bisa digunakan untuk dunia dan akhirat.

3.       Menulis membutuhkan energi dan ikhtiar yang kuat untuk menjalankannya, membuat fisik kita terlatih dan juga kita tertuntut untuk perduli akan diri sendiri agar siap untuk selalu menulis kedepannya.


Oleh karena itu, aku ingin berisi dalam penulisanku karena aku merasa akan mendapatkan manfaat untuk hati, pikiran, dan ragaku dengan menulis. Bahkan tidak hanya aku, tapi kamu (iya, kamu!) pembaca tulisanku, semoga hati kamu bergerak untuk menulis agar membuat dirimu lebih berisi dalam hal positif, dan juga dapat memotivasi orang lain untuk melakukan kebaikan seperti kamu atau bahkan lebih dari kamu!

#30DWCJilid4

Sabtu, 25 Februari 2017

Sebenar-benarnya Hijrah - #30DWCHari25

Penolong bagi seorang insan dalam menjalani hidup adalah keinginannya untuk berhijrah, keinginan untuk menjadi lebih baik dalam hal akhlak dan ibadah karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengharap ridho dan cintaNya kepada diri kita semata.

Pada satu waktu, saya menghadiri sebuah kajian tentang hijrah, banyak yang saya dapatkan termasuk opini dan pengetahuan baru tentang hal itu sendiri. Namun yang terbersit di benak saya sebagai seseorang yang sedang dalam proses berhijrah pula, bagaimana sih hijrah yang benar-benar mencintai Allah SWT dengan tulus dan apa adanya? Karena sebuah keikhlasan dan kebenaran dalam hati seseorang adalah salah satu yang tersulit di dunia ini.

Oleh karena itu, saya mengikuti banyak kajian dan juga membaca artikel tentang hijrah. Alhamdulillah, dengan niat menambah ilmu dan ingin menjadi insan yang lebih baik lagi, saya mendapatkan pencerahan sekaligus ilmu baru tentang hal tersebut.

Di dalam Shahihain (Shahih Bukhari, no.54 dan Shahih Muslim, no.1907), dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا ، أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَىمَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Barangsiapa hijrahnya diniatkan untuk dunia yang hendak dicapainya, atau karena seorang wanita yang hendak dinikahinya, maka nilai hijrahnya sesuai dengan tujuan niat dia berhijrah.

Apabila ada dua tujuan dalam takaran yang berimbang, niat ibadah karena Allah dan tujuan lainnya beratnya sama, maka dalam masalah ini ada beberapa pendapat ulama. Pendapat yang lebih dekat dengan kebenaran ialah bahwa orang tersebut tidak mendapatkan apa-apa dalam hijrahnya jika ia meniatkan hijrahnya untuk dunia yang hendak diraihnya, seakan-akan yang dituntut dari pekerjaannya hanyalah urusan dunia belaka.

Apabila ditanyakan “bagaimana neraca untuk mengetahui tujuan orang yang termasuk dalam golongan ini, lebih banyak tujuan untuk ibadah atau selain ibadah?”

Jawabannya: “Neracanya ialah, apabila ia tidak menaruh perhatian kecuali kepada ibadah, berhasil ia kerjakan atau tidak. Maka hal ini menunjukkan niatnya lebih besar tertuju untuk ibadah. Dan bila sebaliknya, ia tidak mendapat pahala”.

Bagaimanapun juga niat merupakan perkara hati, yang urusannya amat besar dan penting. Seseorang, bisa naik ke derajat yang tinggi dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah disebabkan dengan niatnya.

Dengan penilaian diatas yang saya dapatkan dari berbagai ilmu yang saya terima, satu pertanyaan yang terpikirkan. Sudahkah kita menjalani sebenar-benarnya hijrah dari hidup kita?
                

#30DWCJilid4

Dinda, Biar Kujaga Elokmu - #30DWCHari24

Manisnya kamu bagai biskuit marie yang menemani teh hangatku dikala pagi

Rok batik serta kebaya menghiasi kecantikanmu

Warisan dari budaya pertiwi, memanja penglihatanku

Matamu malu dengan lugu menolak pandanganku

Oh Dinda, terima kasih telah kau jaga dirimu dari mata nakalku

Pertanyaanku: Adakah Dinda yang lain sepertimu?

Yang melestarikan budaya timur milik bangsa ini?

Dinda, biar kujaga dirimu

Jangan kau rubah elokmu seiring berjalannya waktu

Agar anak-anak kita tau, bahwa bundanya adalah wanita kebanggaan Negara

Yang aku cintai lebih dari setinggi angkasa, dadaku bergetar kala aku melihatmu

Desiran darah dan degup jantungku mungkin saja terdengar sampai depan pintu rumahmu

Apa kamu merasakan yang sama sepertiku, Dinda?

Terima kasih, kau selalu membuat misteri dalam setiap keelokanmu


Biar kujaga elokmu di setiap inci kekagumanku dan penuh harapku

#30DWCJilid4

Jumat, 24 Februari 2017

Harapan Yang Bekerja - #30DWCHari23

Hanya bisa mengintip kharismamu dari sela gordyn rumah, mas

Malunya aku menampakkan diri, yang fisiknya hanya biasa saja ini

Tak seperti gadis yang lain bisa mengelilingimu

Aku hanya bisa memandang tanganmu yang sedang merapikan rambut klimismu dari kejauhan

Kalau kata orang, apa nikmatnya mencintai yang berjarak?

Hanya aku yang punya, sebuah penglihatan nurani dan logika yang nyaman menelitimu

Dari jarak setidak mungkin ini

Banyak orang menakutiku bahwa nanti pada waktunya kau akan direbut gadis genit itu

Biarlah doaku yang menjagamu dari mata-mata nakal perempuan yang terpesona padamu

Setidaknya Tuhan tau, bahwa ada seseorang yang menaruh harapan


Menaruh harapan akan disandingkan di pelaminan dengan dirimu

#30DWCJilid4

Aku Harus Tau Aku - #30DWCHari22

Mungkin banyak pembaca akan bingung dengan tulisanku kali ini, terlambat iya, bingung pula

Namun yang perlu orang lain ketahui akan sebuah tulisan

Semua penulis memiliki masalah yang sama, yaitu inspirasi

Banyak yang bilang bahwa menulis tanpa inspirasi bagaikan cangkir tanpa kopi di dalamnya, hampa!

Sebuah kehampaan yang dibaca oleh orang lain, akankah merasuk kedalam hati pembaca? Mana tau, sebuah kemustahilan yang awam terjadi di era perang pemikiran ini

Bagaimana caranya orang lain ingin membaca bahkan mengetahui kita secara lebih dalam jika kita tak bisa mengetahui diri kita sendiri?

Oleh karena itu, aku berpikir akan sebuah solusi, aku butuh pembiasaan terhadap kebiasaanku serta aku harus mengetahui diriku sendiri, dengan cara apa?

Aku ingin menjadi penulis 'apapun' dan menerbitkan minimal 1 buku di dalam hidupku, untuk itu aku harus menjadi penulis yang memiliki karakter tersendiri yang dicintai orang lain alias pembaca

Seringkali aku salah kaprah dengan berpikir bahwa aku menulis harus memahami seluk beluk target pasar yang disukai para penikmat novel, ya aku salah dan itulah motivasiku untuk belajar memahami potensi dari tulisanku yang dicintai orang lain

Inilah catatan pendekku, aku menuntut aku untuk mencintai dan mengetahui diriku sendiri, bagaimana denganmu?

#30DWCJilid4

Kelakuan Tak Berkarya - #30DWCHari21

Tanganku menggaruk leher yang sebenarnya tidak gatal

Keheranan melihat orang muda di seberang sana

Kemana-mana, pegang ponsel

“Bukan eh, bukan ponsel… Ini smartphone”

Pembodohan, ya sama saja lah, tak tau lagi apa yang bisa dilihat kedepannya

Bayangkan jika aku berada disebelahmu pun harus pakai pesan singkat

Sekedar bilang cinta harus pakai pulsa?

Menyedihkannya lagi jika kau patah hati, analoginya kau bagai menuhankan benda tak bernyawa itu, dik

Berkeluh kesah, perbarui status

Bukankah kita hanya perlu mengadu padaNya? Berserah diri, memohon ampun, dan minta pertolongan??

Kutanya pada kau, kalau kau mengomel apa tuh benda bisa ngomong?

Statusmu pula apa bisa kasih kau duit tuk jajan bersama bebep?

Emosi dan waktumu terkuras tuk teknologi yang menipu

Jangan kau jadi boneka dari ciptaanmu


Jikalau merugi, yang rugi ya dirimu

#30DWCJilid4

Selasa, 21 Februari 2017

Bitter (Part 3) - #30DWCHari20

·         Kediaman Keluarga Linnaeus, London – 2004

Pintu rumah Alan sudah berkali-kali terketuk, namun lelaki itu masih saja tidak ingin membukanya untuk bertemu dengan orang yang mengetuk pintu rumahnya itu.

“Alan, aku mohon, aku butuh ngomong sama kamu”

Setelah perempuan itu berkali-kali memohon Alan untuk membuka pintu yang menjadi penghalang bagi mereka berdua, akhirnya hati Alan luluh dan membuka pintu tersebut. Entah mengapa seketika hati Alan mendingin kaku, terasa sangat tercekat diantara suasana itu, ia hanya ingin menyuarakan satu kepastian kepada perempuan di hadapannya itu, siapa lagi? Pastilah, Lila.

“Mau ngomong apa?”

“Alan…”

“Sudah ngomong aja, toh aku dengar kamu kok, tak usah berlama-lama”

“Lan, bukannya aku menolakmu tapi…”

“Ah sudahlah, jangan bahas itu lagi atau akan kututup lagi pintu ini”

“Baiklah, aku tidak akan membahas itu, namun ada satu yang harus kau tau”

“Apakah itu penting?”

“Lusa, aku sudah ga ada di London, Lan… Aku pamit”

“Hanya itu?”

Tangan Alan membanting keras pintu rumahnya di depan wajah Lila, sungguh itu juga merupakan tamparan keras untuk Lila, ia serasa tidak diperdulikan oleh Alan. Ada yang salah diantara mereka berdua ‘sepertinya’


#30DWCJilid4

Senin, 20 Februari 2017

Bitter (Part 2) - #30DWCHari19

Belum sempat Lila meneruskan perkataannya, sesosok tegap dengan penampilan serba hitam memasuki Café dan menuju antrian pembelian. Nafas dinginnya terlihat mengepul putih ditengah dinginnya cuaca saat itu. Kedatangannya membuat Lila terbata, siapa memang?

“Original Espresso” pesan lelaki itu kepada waitress yang berada di hadapannya.
Lelaki itu memejamkan matanya sejenak sembari mencium bebauan kopi yang tersebar dengan hangat di Café tersebut, sampai akhirnya ia membuka mata dan pandangannya terfokus kepada seseorang yang duduk di sudut ruangan, Lila.

Suasana senyap antara mereka berdua terpaut beberapa detik sebelum waitress memecahkannya dengan menyajikan segelas espresso hangat yang siap untuk dibawa oleh lelaki itu.

“Mata bulat itu…” batin Lila menggumam pelan saat melihat lelaki itu berlalu begitu saja tanpa menyapa.

“Cel, kau lihat siapa tadi?” tanya Lila kepada Marcell yang sedang memperhatikan ekspresi Lila.
“Ya, aku lihat Alan… Sosok yang baru saja kau ceritakan, speechless kah?” perkataan Marcell tidak membuat Lila berpikir terlalu keras.

”Tentu”                                                                                       

Satu kata yang dikeluarkan oleh Lila untuk menjawab segala keheningan yang ada.

 #30DWCJilid4

Bitter (Part 1) - #30DWCHari18

Datang dan pergi begitu saja

Menggoreskan luka tanpa pamit

Kau melangkahkan hatimu menjauhi hatiku

Sadarkah? Jejak hatimu terlalu pekat untuk aku hapus

Layaknya secangkir kopi yang mempertemukan kita

Kau adalah salah satu keindahan yang terasa pahit

Langit London menjadi saksi bisu

Bahwa aku pernah menitikkan air mata untukmu

Seorang Linnaeus Alan, sang adam yang misterius dan selalu aku pertanyakan

- Cassandra Lila

·         Café Lalouille, London 2009

Kesakitanku bertambah pahit ketika harus aku akui…

Aku menahan rasa cintaku untukmu, namun…

Kau tetap ada

Cerita yang ia baca di sebuah situs web membuatnya mengingat sebuah lagu. Lagu itu terngiang dalam benak seorang perempuan berambut blonde bernama Lila, lagu lama yang pernah diputar dalam satu stasiun televisi di London. Sangat menggambarkan isi hatinya, namun ia menolak untuk mendengarnya lagi.

“Untuk apa aku dengar? Hanya mengingatkanku kepada sebuah hal yang semu.” Ucapnya dengan lirih kepada seorang lelaki yang berada di hadapannya, dialah Marcell, seorang sahabat lelakinya sekaligus pendengar yang baik bagi Lila. “Bukankah itu lagumu dengannya?” ujar Marcell membalas perkataan Lila.

“Apa yang penting dari sebuah lagu jika…”

#30DWCJilid4

Jumat, 17 Februari 2017

Kucari Lagi Esok - #30DWCHari17

Aku terpaku lagi, dengan banyak cobaan yang aku lalui, dan kamu menjadi salah satunya kini
Izin ya? Menyantumkan kamu dalam tulisan ini, semoga kamu mendapat berkah atas itu (apa berkahnya?)
Tak bisa lagi aku pungkiri, kemarin hari bertemu makin membuat berpikir berkali-kali untuk mencari lagi
Bolehkah aku bertanya-tanya tentang dirimu kini dan nanti?
Arjuna sekejap di pinggir pantai tempo hari, maafkan aku menjadikanmu sebuah mimpi
Mengganggumu dengan hawa keingintahuanku, bagaikan bangsat kecil diam-diam berbau
Maafkan aku, untuk beribu kalinya, aku sangat mengagumi adamu disini
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Harus berapa lama dan berapa kali aku menghitung hari untuk bertemu denganmu?

Kucari Lagi Esok (Part 1) - #30DWCHari16

Aku berjalan ditengah pantai yang kosong

Melihat desir ombak yang melambai tegas nan indah dari kejauhan

Sembari memandangi sekitar, mataku terpana kepada satu sosok tegap dengan kemeja dan celana jeans selutut

Rasanya aku ingin menyapamu, bertanya “Siapa namamu?”

Tetapi “Siapa aku?”

Teman bukan, saudara bukan, apalagi kekasih

Aku hanya dapat menikmatimu dari kejauhan

Senyuman yang memancing egoku untuk memulai perjumpaan kita, sangat mengusik jantungku yang biasanya berdetak dengan lelah, namun karenamu ia berdetak lebih kencang

Kalau kata Dewa 19 “Seperti genderang mau perang”

Beranikan sajalah langkah ini, toh setidaknya walau tak mengenalmu, aku bisa melihatmu dengan gratis secara lebih dekat

Dekat… Semakin dekat, dan pemilik tubuh itu pun berbalik menawarkan parasnya pada mataku


Seandainya saja aku berani, Arjuna sekejapku, kucari kau lagi esok hari

#30DWCJilid4

Rabu, 15 Februari 2017

Hayo Tebak Apa - #30DWCHari15

      Menulis, hmm iya menulis

     Aku harus menulis, selama-lamanya tanpa berhenti, membangun keinginan untuk menulis setiap hari bahkan mengharuskan untuk menyita waktuku sampai sangat menyekik hati dan pikiran.

     Ah tak tau apa yang aku pikirkan untuk menulis malam ini, sebenarnya aku sangat bingung, sekitar 40-30an menit harus aku selesaikan sebuah tulisan dengan syarat minimal 100 kata, untung saja temanya bebas, jadi ya aku tuliskan saja, sebuah kebingungan yang kalau dibaca membuat kebingungan dengan banyak kebingungan dan semoga pembaca tidak kebingungan.

     Ini aku dengan perjuanganku membangun karakter tulisanku. Kalau kata orang, mustahil dengan waktu sedikit yang aku punya, aku bisa menulis lebih dari 100 kata dengan tema yang sama serta perasaan yang terbangun dengan tulisanku.Tanpa menghiraukan mereka, lalu aku coba menulis.

     Percaya tak percaya, faktanya… Tulisan ini tercipta, lebih dari 100 kata, dengan sisa waktu masih 20 menit-an menuju deadline, dan voila! Inilah tulisanku.


     Temanya, senam otak untuk memenuhi Thirty Days Writing Challenge.

#30DWCJilid4

Selasa, 14 Februari 2017

Untuk Esok - #30DWCHari14

Ntah mengapa, tak seperti biasanya aku tak semangat berdoa di kala hujan

Mungkin saja karena di setiap waktu yang mustajab ini, doaku selalu sama, sehingga diriku sendiri menjadi bosan, aku tidak tau bagaimana dengan Allah SWT, mungkin ia juga merasa penasaran mengapa doa yang ku panjatkan selalu sama.

Sama-sama mendoakan harap yang sama dengan yang sama merindukan mimpi yang sama, sebenarnya siapa kamu pengharap yang sama denganku?

Mau tidak mau, aku harus tidak mau, mengharapkan sebuah nama di dalam doa, karena sejatinya yang mencintaku adalah Allah SWT

Ruang kosong dalam hati dan pikiranku terbuka karena sering melupakanNya, oh Tuhan, maafkanlah aku kali ini

Bolehkah doa ini menjadi harapku yang terakhir dengan menyelipkan anganku? Aku harap boleh… 

Dan aku percaya tanpa aku mengharapkan itu pun, kau maha mengetahui sedalam-dalamnyaharta karun impian dalam jiwa-jiwa patahku.


Kedua tangan ini kugosokkan agar menciptakan kehangatan di setiap sisinya, kuangkat di depan wajahku dengan penuh hayat, kupanjatkan doa dengan harap hujan menyampaikan aliran air dengan pesan doaku kepada asa yang tepat.

Harap singkatku untuk apapun yang menghadangku di masa depan, semoga aku bisa menghadapi dan melewatimu dengan baik, ujianku.

#30DWCJilid4

Senin, 13 Februari 2017

Ternyata - #30DWCHari13

Kenapa aku selalu merasa seperti ini dengan keadaanku?

Terlebih saat adamu, disampingku

Selalu ada disaat suntuk ataupun senyumku, yang paling mengerti ketika aku ingin dipahami

Ketika aku butuh, kau selalu siap menemani

Semilir angin membawa hawamu mendekat, otakku terasa lupa segalanya karena adamu

Sempat kuingin hilang arah, namun dirimu membuatku terpana dan hanya terpaku padamu

Aku tak mengerti mengapa begini, apakah ini hanya aku atau yang lainpun begitu saat ada dirimu?

Oh tidak… Ternyata yang lainpun seperti itu

Aku cemburu, kok banyak insan yang terpasung oleh pesonamu?

Semerbak rasanya memikat, membuat hati dan pikiran ini terikat

Manis, membuat nyaman…

Tetapi itu semua hanya sementara…


Karena ternyata, kamu hanya secangkir kopi, yang bisa kunikmati, tak bisa kucintai

#30DWCJilid4

Minggu, 12 Februari 2017

Bodoh (Lagi-lagi) - #30DWCHari12

Disela hujan yang sekarang hampir setiap hari singgah di bumi yang kupijak, terpikir di dalam benakku.

"Allah sedang menyediakan banyak waktu untuk aku bersyukur dan berdoa di waktu yang mustajab"

Tidak aku sia-siakan kesempatan itu, inilah waktunya aku merenung.

Sejatinya memang kita lah yang membutuhkan Allah, bukan Allah yang butuh kita, maka dari itu aku manfaatkan segala yang kupunya untuk menyandarkan keluh kesahku padaNya, karena aku butuh Dia.

Tanpa sadar, di setiap waktu, aku selalu meminta kepadanya, ntah keinginan duniawi, bahkan sampai pengampunan dosa. Tetapi aku tidak pernah berpikir, "Apakah semua yang kuminta adalah sebenar-benarnya yang aku butuhkan?"

Lalu aku memikirkannya, disaat ini, di tengah deras dan dinginnya hujan yang bersekongkol dengan waktu untuk membentakku, memaksa aku untuk berpikir lebih keras daripada biasanya.

Memang lucu sekali, bukan hanya aku sepertinya, mungkin kamu juga begitu wahai pembaca? Apa kamu sudah paham yang sebenar-benarnya kamu ingin dan butuhkan?

TIDAK, aku belum pernah sekalipun paham! Batinku berteriak dengan kencang dan lugas...

Selama ini, aku kecewa dengan apa yang aku dapatkan, tidak pernah sesuai dengan apa yang aku inginkan. Namun pada nyatanya, akulah yang tak paham akan keinginan dan kebutuhanku sendiri.

Lagi-lagi, betapa bodoh dan serakahnya manusia yang menulis karangan ini.

Dengan penuh harap semoga Allah menuntunku sesuai rencana terbaiknya, aku meng-aamiin-kan tulisan ini agar tidak terulang lagi.

#30DWCJilid4 #30DWCHari12

Sabtu, 11 Februari 2017

Wanita Kelapa (Part 6) - #30DWCHari11

Nampaknya sebuah kehilangan dapat menyebabkan hati seseorang terluka terlalu dalam, itulah yang dialami Farah. Ia selalu mendapatkan mimpi yang berulang tentang dirinya sewaktu kecil yang tak dapat ia ingat lag, efek traumatik yang mendalam ia rasakan sampai saat ini, diumurnya yang sudah tidak belasan lagi, bukan waktunya untuk menangis dan merenungi kenapa hal itu bisa terjadi.

Dengan penuh harap agar rasa sedihnya usai, Farah bangkit dari duduknya dan membereskan meja belajar yang biasa ia gunakan sekaligus untuk meja kerjanya, matanya tertuju kepada sebuah ponsel yang ada di atas meja tersebut, lampu led menyala-nyala biru dari ponsel itu, menandakan ada pesan yang masuk.


To: Farah
From: Bilal
“Far, dirumah? Gue ada kerjaan freelance nih buat lu,
mau bantuin gue nulis ga? Lu kan jago”
 
    

To: Bilal
From: Farah
"Ya iyasih gua dirumah, tapi lagi males kerja gue, gaada ide"
 

To: Farah
From: Bilal
“Yaelah, yaudah gue maen, kali aja lu seger liat gue jadi ada ide”
 
               


                Tanpa membalas pesan singkat yang ia terima, senyuman kecil tersungging dari bibir Farah. Sahabatnya, Bilal, seorang pemberi semangat dikala ia sedih, meski seringkali menyebalkan. Ternyata ibu Farah memperhatikan dari sela pintu kamar bahwa anak perempuannya itu sedang tersenyum sendirian. Seperti memahami apa yang ada di dalam benak Farah, ibunya mencoba mengorek informasi, ingin tahu apakah yang ia pikirkan benar.
            
                “Dari siapa toh, kok kamu senyum-senyum sendiri Far? Ibu ngeri ih”

                “Ih ibu ngapain liatin akuu”

                “Kalo sayang tuh bilang, jangan ditahan”
                
                “Aku aja gatau sayang itu apa bu, masih kecil aku mah polos”

     “Kayak bakso aja kamu sok polos, udah 20 tahun juga sok muda, kalo dia gaada baru nyesel deh, siapa sih dia?”

     “Hihi… Siapa ya? Pokoknya dia ga bakal pergi bu, ga kayak ayah”

     “Hush, Bilal kan manusia juga”
     
     “Aku sayangnya sama ibu aja pokoknya”

                
                 Tiba-tiba Farah menghambur ke dalam pelukkan ibunya, mengalihkan perhatian agar tidak dicecar pertanyaan yang membuat dirinya bimbang itu. Tanpa Farah menjelaskan, ibunya sudah mengerti perasaan hati anaknya itu, hanya saja kali ini ia membiarkan dengan alasan Farah sudah seharusnya merasakan apa itu sebuah kenyamanan bersama seseorang, sama seperti ibu Farah rasakan saat ayah Farah masih ada.

#30DWCJilid4

Jumat, 10 Februari 2017

Bersyukur Untuk Bahagia - #30DWCHari10

Terkadang hidup tidak sesuai dengan keinginan. Saat hidup berjalan melalui cerita yang kita inginkan, seringkali Tuhan sengaja menghalangi dan menutup jalan itu, untuk memberitau bahwa langkah yang terlangkahkan pada waktu itu bukanlah langkah yang terbaik jika dilangkahkan di jalan itu. Sebenarnya mudah saja, kita bisa langsung menyusuri jalan yang baru, melewati hidup yang lebih baik atau rintangan baru yang telah Ia sediakan.

Tetapi tak ayal, kita seringkali terpaku, memilih untuk bersimpuh di depan jalan yang sudah tertutup, meratapi segala yang telah terjadi dilangkah sebelumnya. Padahal, manusia bukanlah penulis takdir dunia yang bisa seenaknya membuka pintu takdir di sembarang jalan yang ia mau. Setelah jalan keinginan kita tertutup, tugas kita sebagai insan hanyalah mencoba ikhlas, tetap mengarungi hidup untuk bertahan mencari bekal di kehidupan selanjutnya, yaitu ranah kematian.

Mudah memang untuk berkata, namun hati tak dapat semudah itu setuju dengan logika. Lalu untuk hal itu, hanyalah cinta dariNya yang dapat menentramkan hati kita, dekatkanlah sandaran padaNya, mungkin hati masih gundah karena terlampau jauh dariNya. Ingatlah, Tuhan sengaja menyelamatkan (manusia dengan keserakahan dan kesempurnaan yang tinggi dibanding makhlukNya yang lain) dari jalan yang salah, agar kita dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki dengan bersyukur dan mencintaiNya lebih baik lagi.

Bukalah rasa untuk mencintai jalan hidup yang baru dan percayalah bahwa Dia tidak pernah lupa menyediakan hal yang terbaik untuk setiap jerih payah yang telah usai kita torehkan.


Terinspirasi dari: “Bukan bahagia yang menjadikan kita bersyukur, melainkan dengan bersyukurlah yang menjadikan hidup kita bahagia” Panji Ramdhana

"Tidak terasa sudah hari ke-10
Banyak selipan tulisan bertema sementara yang menemani karangan "Wanita Kelapa"
Selanjutnya dan secepatnya, doakan Wanita Kelapa akan ditulis kembali. (Haha, edisi writer's block, mianhae readers)" #30DWCJilid4

Kamis, 09 Februari 2017

Ini Aku - #30DWCHari9

Waktu terus memaksaku, meraih segala mimpi yang belum kucapai

Ntah sampai kapan, yang kurasa sekarang hanyalah pedih sebuah pengharapan dan usaha

Tak sesekali, bahkan berulang kali mataku hampir buta mengeluarkan air mata untuk mengobati luka perjalanan hidup ini

Hati ini hampir saja hilang kepercayaan pada diri sendiri, cemas dan takut tidak mampu akan semua hal itu

Namun aku tersadar, bukan impian namanya jika tidak tinggi

Walau aku tidak tau sampai kapan langkah kaki pergerakan kebaikan ini berhenti, sampai kapanpun penaku akan selalu menulis, menulis semua kebaikan untuk disuarakan kepada khalayak luas

Walau aku tidak tau nantinya segala impian itu hanyalah menjadi coretan belaka atau kan nyata nantinya.

Yang aku percaya, Dia mencintai segala ketulusan catatan pengalaman yang kutorehkan dalam pita kehidupanku, Dia tidak akan diam dan akan selalu membantuku untuk meraih impian dengan cara yang terbaik

Ini aku, dengan semua tulisanku, mulai dari keluh kesah nan sepele, sampai seruan untuk menjadi insan yang lebih baik


Ini aku, kalau kamu bagaimana?

#30DWCJilid4

Rabu, 08 Februari 2017

Setahun Lalu - #30DWCHari8

#30DWCJilid4

Saat itu pakaianku sehari-hari masih putih abu-abu, terkadang tidur juga tak kuganti. Aku teringat saat nenekku memarahiku karena tidak membuka kaus kaki sebelum beranjak keatas ranjangku. Oh masa SMA, entah kuingin sebut kelam atau bahagia, saat itu adalah waktu paling berwarna yang pernah ada dihidupku.

Tepatnya bulan Februari, setahun lalu, galau melanda diriku, seharusnya aku sudah siap akan kenyataan bahwa aku akan menghadapi ujian-ujian akhir di sekolah, tetapi aku malah mempersalahkan masa lalu karena tidak belajar dengan baik untuk mempersiapkan saat-saat terakhir di SMA.

“Mau jadi apa aku?” hatiku bergumam.

Februari waktu itu adalah saat dimana aku menangis di dalam dekapan teman-teman dekatku, aku berkata pada mereka “Jikalau kalian berkuliah lebih dulu daripada aku, aku masih tetap teman kalian kan?”, sungguh berat rasanya kala itu, membayangkan sangat tidak siapnya aku melepas seragam putih abu-abu yang sebentar lagi tidak perlu melekat di tubuhku setiap hari.

Namun, yang namanya sahabat memang tidak akan pernah pergi meninggalkan sendirian, dialah yang tak pernah henti membantuku dalam doa dan berikhtiar. Memotivasiku agar aku selalu mencari jalan terbaik dan tidak menyerah dalam menjalani hidupku. Kalau dipikir, berapa kali aku berpikir untuk berputar-putar arah mencari jati diri alias jurusan yang aku inginkan? Wah, tak habis pikir, serasa setengah mati.

Tetapi semua jerih payahku, kepusinganku saat Februari kelabu tidak terbayar sia-sia, ini aku sekarang di Februariku, mahasiswi Tata Busana dengan almamater hijau UNJ tercintaku, terima kasih kawan, sahabat tercintaku, keluargaku terutama nenek dan ibuku. Tanpa cinta kalian, aku tidak akan melangkah sejauh ini.

Selasa, 07 Februari 2017

Amanah - #30DWCHari7

#30DWCHari7 #30DWCJilid4
Untuk menaruh hal yang satu ini, Dia tak pernah salah dalam memilih pundak. Semuanya sudah dipertimbangkan, jauh sebelum kita tercipta di dunia. Saat kau menerimanya, hanya ada 2 kemungkinan dari selesainya amanah itu. Terhinakan atau termuliakan

Dibalik semua itu, ada seorang pemimpin yang rela lelah memikul segala tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Bukan hanya seorang pemikir hebat, tetapi juga insan yang rela terjatuh dan bangkit lagi demi mengemban amanahnya.

Dia yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi, ingin berkontribusi untuk merubah dunia menjadi lebih baik dengan segala solusi yang ia cari. Seorang yang telah selesai dengan urusan pribadinya dan lebih menomorsatukan kepentingan bersama, dan yang paling rela berkorban di garda terdepan sebuah perjuangan. Dapat merangkul segala jenis aspirasi dalam satu waktu menjadi sebuah pemikiran hebat.

La tahzan, Innallaha ma'ana. Dikala semuanya terasa berat, bahkan waktu semakin cepat bergulir, memaksa untuk bergerak cepat. Ketahuilah pemimpin, Allah SWT adalah Satu Zat yang selalu berada di tiap sisi
Ia siap mendengarkan dan memberi jawaban terbaik, saat semua manusia berbalik arah menjauh, ataupun semua orang tak bisa memberikan solusi yang terbaik untukmu.

Ingatlah, jikalau amanah teremban olehmu, seorang pemimpin, dan kau mulia dalam mengerjakannya, niscaya pahala yang melimpah akan datang kepadamu, karena kamu telah memberikan suatu pelajaran yang baik dalam hidup, dengan membantu menyelesaikan tugas dunia dan memotivasi orang lain untuk bergelut dalam potensi kebaikan pula.

Jangan takut untuk bergerak dalam kebaikan, jangan takut untuk salah, dan jangan takut untuk kembali pulang, mulai memperbaiki segalanya dari awal disaat kegagalan menimpamu.

Senin, 06 Februari 2017

Wanita Kelapa (Part 5) - #30DWCHari6

Terasa sebuah tangan mengguncang keras bahunya, perlahan-lahan cahaya putih datang menerangi matanya, memberikan kesadaran akan kenyataan yang ada, Farah terbangun dari tidurnya dengan melihat ibunya tengah panik serta berkeringat dingin di hadapannya. Seperti biasanya, mengigau lagi, tetapi entah berapa kali pun mimpi itu terulang, Farah tetap belum bisa mengingat akhirnya.

“Kamu kenapa lagi Far? Demam apa capek atau apa?”

“Gapapa bu, Farah gapapa… Mimpi yang sama”

“Kita ke ustadz aja yok, ruqyah piye?”

“Apasih bu, setakut itu… Beneran bu aku gapapa”

“Yo wes lah, kamu tadi tidurnya abis ashar, jadi bangun baru maghrib gini toh”

“Aku ngadep dulu lah ya bu, sama Allah”

“Sana cepet ngadep, minta bapak baru sekalian yo”

“Hus!”

Ibu Farah tertawa sehabis meledek perempuan kecil semata wayangnya itu, mungkin saja ia memberikan ayah yang baru untuk Farah, namun semakin jauh ibu Farah melangkah mencari cinta yang baru untuk berteduh dan berjuang sepenanggungan, tetap saja ayah Farah adalah tempat hatinya berpulang. Meski sudah tiada, budi pekerti ayahnya diturunkan kepada Farah. Seorang yang ulet, ambisius, keras kepala, namun tetap peka untuk menolong orang lain, dialah Riyadi, ayah Farah.

Setelah sholat, Farah belum juga bangkit dari duduknya, entah apa yang terjadi antara dirinya dan Allah SWT, layaknya seseorang yang sedang memberikan koneksi pesan singkat kepada insan yang lain. Farah berharap dapat menyampaikan sesuatu yang tersimpan dalam hatinya. Sebuah luka kecil yang tersimpan jauh di dalam hatinya, alasan mengapa mimpi itu tidak pernah teringat akhirnya.

 “Menyakitkan jika diingat, rindu jika terlupa

Namun, jika aku tidak ingin mengingat dan melupakan

Apa namanya? Ini cinta atau apa?

Keberadaanmu ingin kubuat jauh saja


Tetapi aku tak ingin kamu hilang”

#30DWCJilid4

Pergerakan Mahasiswa (Untuk Indonesia, Rumah Kita)

Apakah ini mimpi? Kukata

Seperti jalan Tuhan, kaki ini melangkah pasti di dalam lingkungan yang baik

Semakin saya belajar lebih dalam akan apa yang ada disana, semakin saya ingin menjadi mahasiswa yang tidak hanya berkuliah di dalam ruang kelas, namun juga berkuliah di jalan

Dengan kata lain,  saya semakin terpacu untuk membangun jiwa pengabdian masyarakat yang tinggi untuk sekarang dan juga kedepannya

Terlebih lagi saat saya bertemu dengan pembicara pada kunjungan yang dilakukan oleh Pasukan Biru FT pada Jum’at, 18 November 2016 lalu, siapa pembicara itu?

Dia adalah bang Defrizal Siregar, ketua BEM UNJ periode 2002-2003

        Beliau memberitau saya dan kawan Pasukan Biru yang lain tentang pergerakan mahasiswa. Untuk memulai suatu pergerakan dibutuhkan sebuah niat dan perbaikan diri, berawal dari keyakinan yang kuat akan membentuk kepribadian (emosional) yang kritis akan perbaikan dan perubahan menuju hal yang lebih baik

Apa saja yang kita dapatkan dari pergerakan mahasiswa?
        - Pahala, karena pergerakan mahasiswa membela apa yang harusnya dibela, meluruskan dan membenarkan apa yang salah, sebagaimana yang kita tau bahwa membela kebenaran adalah suatu kebaikan yang dicintai Tuhan.
2.                      -  Jaringan, semakin banyak kita bergerak, tentu kita pula menjejaki banyak lingkungan, tidak hanya lingkungan kelas dalam kuliah, namun juga ranah sosial yang lain. Akan banyak orang yang akan bersosialisasi dengan kita, dan juga akan mengenal kita. Disitulah akan terbentuk sebuah jaringan perkenalan yang terus menerus berkembang untuk kita kedepannya.
3.                       - Eksistensi, sebuah manfaat yang akan didapat karena banyak bersosialisasi dengan lingkungan, eksistensi mahasiswa di dalam masyarakat perkuliahan maupun non-perkuliahan akan meluas.
4.                       - Sejarah, dengan pergerakan mahasiswa, nama kita dapat dikenang dengan sejarah yang baik karena membela demi kebenaran. Sebagai mahasiswa yang menjunjung tinggi pergerakan, kita akan dikenang sebagai mahasiswa yang menggelorakan kebaikan.

          Namun, sebelum tergiur dengan apa yang akan kita dapatkan, apakah kita memahami makna dari Pergerakan Mahasiswa itu sendiri?

Dari makna kata, pergerakan adalah suatu perubahan dari posisi diam menjadi berpindah ke posisi lainnya. Oleh karena itu, pergerakan mahasiswa adalah sebuah tindakan untuk membuat perubahan dari keadaan awal yang belum baik menjadi lebih baik dan adil kedepannya. Untuk melakukan tindakan pergerakan, diperlukan aksi nyata terhadap suatu masalah, dengan demonstrasi sebagai penggambarannya.

Dengan pergerakan mahasiswa, diharapkan muncul kader-kader perubahan, beberapa pemimpin dengan keperduliannya akan kepekaan sosial yang tinggi, serta mampu menyalakan sinergis yang baik antar sesama. Diharapkan semua pemuda-pemudi tumbuh menjadi mahasiswa yang memiliki warna sejarah yang jelas dengan penuh pengorbanan demi kebenaran dan keadilan negeri kita tercinta, Indonesia, rumah kita.

Minggu, 05 Februari 2017

Lawan! - #30DWCHari5

#30DWCHari5

Di sela-sela ketidak adilan, seluruh pengakuan hati ini aku tulis

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri

Ntah mengapa aku setuju denganmu mas,

Bagaikan bunga, mengapa banyak penguasa tak merestui rakyatnya untuk tumbuh?

Aku tau, paradigma yang ada padaku, beberapa tak sama sakitnya dengan aku

Ada yang bilang hidup tak usah banyak kritik, bertindak apatis serasa akan selamanya hidup harmonis

Tetapi aku, aku sadar bumi pertiwiku sedang menangis, bungkamku tak dapat diam, dengan banyak aksara yang keluar dari raga dan pikiranku

Aku harus bicara, jika kamu diam, aku sekarang boleh ngomong kan?

Pak, Bu… Saya mau tanya, kok kalau saya ngisor dikit dari ibukota, rasanya sudah lain ya?

Masih saja ada kesenjangan sosial di antara kita,

Kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan adalah pokok permasalahan utama

Dengan bangku politik dan kekuatan media, semua masalah seakan-akan ditutupi dan mengurung kebenaran yang ada

Padahal negeri ini adalah rumah kita, tapi mengapa kami yang merupakan saudara sebangsamu, kau cekik dengan topengmu bertubi-tubi

Jangan kau bolak-balikkan Bhinneka Tunggal Ika kami Pak, Bu…

Aslinya, kami adalah SATU, masyarakat dengan toleransi tinggi dibawah keberagaman suku, agama, ras, dan budaya

Jika kamu menghancurkan rumahku, kau bukan pemimpin untuk kami, tetapi musuh terbesar yang akan kami lawan

Kami tidak segan menagih janjimu



Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!

- Terinspirasi dari penggalan Puisi Wiji Thukul-

#30DWCJilid4