Jumat, 13 Januari 2017

Menjaga yang Menjaga

Sejatinya selama ini apa yang kutemukan adalah kehilangan
Bagaimana bisa menemukan tapi justru malah kehilangan?
Bisa, saat aku menemukanmu
Sesosok yang membuat aku serasa memiliki taman kupu-kupu dihatiku, berwarna warni menghiasi hidupku

Tetapi, kupu-kupu itu hidup tak lama…

Perlahan ia mati seiring aku membakar taman kupu-kupuku, dengan api cemburu

Itukah kasih sayang?

Tidak, sekali lagi tidak…
Jikalau memang sayang, sendiri ataupun bersamanya terasa indah, bersamanya saat yang tepat
Jikalau memang cinta, hati akan saling menjaga dan memuliakan sampai pada saat yang tepat

Kapan itu saat yang tepat? Aku pun tak tau…
Baiklah, aku memang cinta, dan aku memilih sendiri menjaga dan memuliakan diri sampai pada saat yang aku dan kamu tak tau…
Tapi, tidakkah terbersit di benakmu? Ajal dapat melamarku mendahului kamu…

Oleh karena itu, aku menuntutmu untuk mengizinkan aku…
Menjaga diriku untuk menjaga kemuliaan diri dan cintaku untukmu, kamu yang tak tau siapa, manusia ataupun ajal…

Sendiriku tak benar-benar sendirian dengan Tuhan disetiap sisiku…
Dengan terselip doa untukmu, aku jaga hatiku tetap sendiri dengan harap kau menjaga dirimu juga, siapapun kamu, manusia ataupun ajal…

follow my tumblr: http://casanovy-met.tumblr.com

10 komentar:

  1. Ajal adalah rana yang tidak bisa manusia perkirakan ataupun interupsi.
    Bersama tuhan kita tidaklah sendiri. Kita hanya punya satuan waktu yang berbeda dengan yang sedang tidak bersama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang kita tidak pernah sendiri dengan Tuhan, namun siapakah makhluk yang Tuhan bersamakan dengan kita? Dimana kita bertemu dengan makhluknya pun , manusia ataupun bidadara/i, di dunia atau di akhirat, surga ataupun neraka... Semua pilihan kita, dan tulisanku diatas adalah bagaimana caraku memilih hidup tanpa manusia halal untukku, mempersiapkan ajal yang tak bisa aku interupsi... Semoga satuan waktu yang berbeda itu akan menemukan muaranya selama nafas masih tersisa

      Hapus
  2. Agak mikir baca judulnya. Eh pas baca jadi paham maksudnya. Semoga dapat singgasana yang tepat, dengan manusia dan lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas doanya, semoga sendirinya mendapatkan yang tepat pula 👍

      Hapus
    2. Uh. Jangan bilang pake kata sendiri nanti gue baper. Hahah

      Hapus
  3. Hai, Baby. Aku suka ide tulisanmu. Intinya dapat banget. Hanya, aku mau saran sedikit, ya. Jangan terlalu banyak menggunakan elipsis di dalam tulisanmu. Udah kok itu aja. Semangat terus nulisnya, ya! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku baru tau nih elipsis apa setelah searching abis dikasih tau kak tiwi, hehe makasih kak jadi dapat info lebih banyakk:)

      Hapus
  4. Suka deh sama cara merangkai disksinya. Ini jatuhnya ke puisi atau gimana? Keep blogging ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Diksi itu biasanya bagus karena penulis memiliki rasa keterikatan yang kuat dengan peristiwa yang dituliskan, haha lebay ya, semoga di tulisan saya selanjutnya tetap buat orang lain suka. Jatuhnya ke monolog sih, karena seperti saya sedang berdiskusi dengan orang lain tetapi berkata-kata dengan diri sendiri, tapi juga bisa disebut puisi karena pengandaian yang saya buat, intinya yang ingin disampaikan adalah "How to be a 'great' single till halal" hahah, terima kasih supportnya!

      Hapus